Bersedekah secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang banyak memang baik, karena bisa melahirkan keikhlasan dan selamat dari sifat riya’ (pamer) yang dapat menghanguskan pahala sedekah.
Akan tetapi, apakah bersedekah secara terang-terangan otomatis disebut tidak ikhlas atau pamer? Tidak. Pada hakikatnya tergantung pada hati dan niat kita. Orang disebut pamer (riya’) bukan lantaran dia bersedekah dengan terang-terangan, tetapi karena niatnya yang salah. Bersedekah diam-diam pun bisa disebut riya’ bila dalam hatinya tidak ikhlas, ingin membanggakan diri, dan lain sebagainya.
Jadi, riya’ atau tidak, kembali pada niat kita dalam bersedekah: ikhlas atau tidak; niat pamer atau tidak. Bukan melihat pada cara bersedekahnya, sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Cara bersedekah sama sekali tidak memiliki pengaruh, yang berpengaruh adalah hati dan niat kita.
Allah SWT berfirman:
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah [2]: 271)
Dalam firman Allah di atas, sedekah sama-sama baik dilakukan, dengan cara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Namun, sedekah secara sembunyi-sembunyi dikatakan lebih baik karena kita akan lebih mudah ikhlas dan tidak pamer. Bukan berarti sedekah terang-terangan tidak baik.
Oleh karena itu, jangan takut bersedekah secara terang-terangan. Karena bisa jadi, sedekah terang-terangan lebih baik dampaknya. Seperti, dengan bersedekah terang-terangan kita bisa menyadarkan orang lain untuk sadar bersedekah dan membantu sesama.
Dalam kaidah fiqh disebutkan:
المتعدي أفضل من القصير
“Ibadah yang memiliki dampak luas jauh lebih baik daripada ibadah yang hanya berdampak pada diri sendiri.”
Di samping itu, kita juga akan dapat pahala jika orang lain ikut bersedekah gegara kita bersedekah terang-terangan. Dalam suatu Hadis Rasulullah saw bersabda,
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعَمِلَ بِهَا كَانَ لَهُ اَجْرُهَا وَاَجْرُ مَنْ اتَّبَعَهُ
Artinya: “Barang siapa yang memprakarsai suatu kebaikan, kemudian dia melakukan kebaikan tersebut maka dia pendapat pahala kebaikan tersebut dan pahala orang yang ikut melakukannya.”
Jadi, kita bisa mendapat pahala dobel: pahala dari kebaikan yang kita lakukan dan pahala orang lain yang ikut melakukan gara-gara kita melakukannya.
Intinya adalah riya’ dan tidaknya di dalam melakukan kebaikan kembali kepada hati dan niat kita. Jangan sampai kita tidak mau bersedekah dan membantu sesama dengan alasan takut riya’ (pamer). Jangan jadikan riya’ sebagai topeng kekikiran kita untuk berbuat baik membantu sesama.
Pun, jangan terpengaruh omongan orang lain yang mengatakan riya’ kepada kita. Tidak usah memperdulikan omongan orang lain, yang terpenting hati kita. Orang lain mau ngomong apapun, tidak usah dihiraukan.
Lebih dari itu, mau riya’ atau tidak, membantu sesama tetaplah kebaikan yang akan mendapat balasan. Itu pasti. Jika melakukan yang terpenting tidak bisa maka lakukanlah yang penting. Ikhlas dalam sedekah itu sangat penting, tetapi sedekah meski tidak ikhlas tetaplah penting.
So, mari berlomba-lomba bersedekah dan membantu sesama.
More Stories
Terbukti manjur, Doa Rasulullah SAW bagi yang terlilit utang
Guz Reza tausyiah di Masjid Baiturrahim Bumi Nasio dalam acara MABIT “Muharram Momentum Kemerdekaan Umat Islam”
Mahasiswa STIE PERTIWI, Optimis tahun 2022 akan jauh lebih baik…!