faktaintegritas.id – Handphone yang dipegang Christine tak henti bunyi menandakan pesan masuk. Dokter umum ini kebagian waktu malam hari untuk melayani telekonsul para pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri.
Ya, Christine Indrawaty bersama beberapa rekan sesama dokter bergerak bersama di sela waktu luang mereka. Mereka berniat menyisihkan sebagian hari untuk memberikan petunjuk arahan dan rambu tentang apa dan kemana pasien isoman harus berjalan.
Tingginya angka kematian pasien isoman, membuat mereka sadar bahwa pengetahuan penanganan paparan virus Corona sangat minim di masyarakat. Atas kesadaran itu, seorang dokter spesialis patologi klinis di Malang bernama Lianita memberikan konsultasi gratis di akun IG-nya. Lianita memberikan layanan itu karena punya banyak waktu luang sebagai ibu rumah tangga.
Dalam jangka waktu dua pekan, ada 100 netizen mengirimkan DM ke akun IG-nya. Ini membuatnya kewalahan. Lianita pun kemudian mengajak dua rekannya sesama dokter untuk bergabung. Sahabat bertemu sahabat, ide keren ini mereka sounding di grup aplikasi percakapan SMA.
Gayungpun bersambut, hingga seorang teman ahli IT jebolan USA bernama Handik, membuatkan aplikasi di platform telegram untuk memudahkan komunikasi interaktif antara dokter dengan pasien yang sedang isoman.
“Nah dari Handik inilah saya sangat tertarik gabung ke mereka. Selama dua hari, melalui zoom meeting kami matangkan konsep. Hingga hari ketiga, kami launching program Satu Hari, Satu Hati, Satu Nyawa Isolasi Terpantau,” papar Christine yang juga Kabid Yankes Dinkes Pemkab Blitar ini, Minggu (1/8/2021).
Karena pagi menjalani pekerjaan sebagai ASN, Christine meminta sif mulai pukul 18.30 sampai 24.00 WIB untuk melayani telekonsul ini. Bersama delapan orang dalam satu tim, telekonsul ini memberikan layanan selama 24 jam nonstop dan gratis.
Karena konsepnya telekonsul bukan telemedicine, lanjut Christine, maka mereka hanya memberikan petunjuk jalan kemana para pasien isoman harus berjalan. Dari ratusan pasien yang memanfaatkan telekonsul gratis ini, kebanyakan pertanyaannya sama.
“Semua pertanyaannya sama ya diawal konsul itu. Mereka sudah terkonfirmasi positif Corona dan telah lapor puskesmas disuruh isoman. Mereka bingung, lalu apa yang harus mereka lakukan sekarang,” bebernya.
Seiring berjalannya waktu, pasien isoman dari seluruh Indonesia memanfaatkan program ini. Banyak kesan yang didapat Christine, ketika dapat memberikan arahan kepada pasien dalam kondisi panik hingga mereka tenang. Kapan mereka harus konsul dokter untuk mendapatkan obat, kapan mereka harus melakukan teknik proning, menyiapkan oksigen dan menyiapkan mental menuju rumah sakit rujukan.
“Menjadi teman mereka, lalu ada pasien dari Batam menulis ” saya sangat bahagia dalam kondisi sulit masih ada yang bisa saya ajak bicara seperti keluarga”. Ya Tuhan….rasanya gak bisa diceritakan. Pola pikir kami di tim satu ini sama, nothing to lose,” ungkapnya.
Beberapa pasien isoman menilai hadirnya telekonsul ini bagaikan pelita dalam kegelapan. Para pasien isoman merasakan banyak manfaat yang mereka dapatkan ketika chating dengan tim satu ini. Kepanikan dapat dihindarkan ketika serangan sesak nafas datang. Ketenangan mereka dapatkan, ketika pengetahuan yang benar mereka peroleh dengan gamblang.
“Statemen tim satu itu sangat menenangkan. Dan ketenangan pasien isoman menjadi kunci utama proses kesembuhan.Telekonsul seperti ini sangat menyenangkan bagi kami. Karena dengan pengetahuan, kami bisa memastikan kondisi, tidak grayah-grayah (menduga-duga). Dan jadi tahu apa yang harus kami lakukan,” aku Ruli Kustantik, warga Ponggok yang mengalami reinfeksi akhir Juni lalu.
Pengakuan serupa disampaikan Sisil warga Kecamatan Garum. Menurut Sisil, dengan adanya telekonsul satu sangat membantu warga isoman yang ingin berkonsultasi mengenai keluhan ketika menjalani isolasi di rumah.
“Terbantunya seperti misalnya ketika kita ada keluhan, dokter akan memberitahu apa yg harus dilakukan, tindakan apa yang tepat harus diambil. Juga adanya dukungan, semangat dan motivasi dari dokter. Kita jadi merasa lebih tenang, karena setiap hari dipantau perkembangan kesehatannya,” jawabnya melalui aplikasi percakapan.
Berbeda dengan konsep telemedicine yang digagas IDI Kota Blitar. Mereka menyediakan nomor HP dan nama beberapa dokter yang bisa dihubungi pasien sesuai minat mereka. Jika telekonsul tak memberikan resep obat, maka telemedicine bisa memberikan resep obat yang bisa ditebus oleh pasien itu sendiri atau keluarganya.
Ana, warga Kecamatan Garum Kabupaten Blitar merasa tercerahkan dengan layanan telemedicine ini. Saat dia bergejala dan hasil antigen mandirinya positif, ibu satu putri ini melaporkan ke satgas mikro di desanya. Keluarganya lalu mendapat kiriman sembako.
Namun dia tidak tahu harus berbuat apa dengan kondisinya yang terkonfirmasi positif Corona. Dari telemedicine ini, Ana melakukan semua proses dengan biayanya sendiri. Seperti tes PCR untuk kedua orang tuanya yang komorbid dan tinggal serumah, membayar biaya ambulance yang mengantar ortunya PCR ke rumah sakit. Dan membeli obat-obatan yang diresepkan dokter yang melayani konseling lewat pesan di handphone pribadinya.
“Pasien isoman itu memang butuh makan ya. Tapi yang lebih penting dari itu adalah konseling. Dengan hasil positif, kami gak tahu kudu piye (harus bagaimana), harus makan apa, harus bagaimana jika mengalami ini itu. Nah telemedicine ini sangat memberikan pencerahan bagi kami pasien isoman,” kata Ana.
Ana tak heran jika lonjakan kasus baru sangat tajam. Ini karena pola penanganan warga yang terkonfirmasi positif, namun masih beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga, mereka menjadi carrier dan menularkan kepada siapapun yang kontak erat.
Jika mereka yang terinfeksi mampu melakukan isolasi mandiri, potensi aman melalui masa kritis masih ada. Karena asupan makanan cukup dan ada obat yang dibeli sendiri. Namun, bagi warga isoman yang tidak mampu, Ana membayangkan betapa sulitnya melalui masa kritis itu.
“Saya sangat bersyukur diberi kemampuan ekonomi dan dapat mengakses telemedicine ini. Dukungan moril, suport teman-teman itu sangat kami butuhkan mempercepat proses kesembuhan. Tapi bayangkan mereka yang tidak mampu isoman. Pandemi mengajarkan saya, bahwa kita harus mau peduli dengan lingkungan sekitar kita. Mereka yang tidak mampu isoman, sangat membutuhkan itu,” pungkasnya.
Sumber : detik.com
More Stories
Rivan A. Purwantono Paparkan Sejumlah Inisiatif Strategis Jasa Raharja dalam RDP Bersama Komisi VI DPR RI
Rivan A. Purwantono: Harhubnas Jadi Momentum Penting untuk Kemajuan Transportasi Nasional
Kabar Duka, Ekonom Senior, Faisal Basri Tutup Usia