BUATLAH DEFINISI YANG SESUAI KEINGINAN
Dalam beberapa ayat Al Qur’an Allah ingin hidup manusia itu penuh kemudahan, kenikmatan, kemuliaan, kesuksesan dan bahagia dunia akhirat.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu… (Al Baqarah : 185)
Kami tidak menurunkan Al-Qur`ān ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; (Thaha : 2)
Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam beragama…. (Al Hajj : 78).
Tetapi manusia sendiri yang ingin hidupnya penuh kesulitan, kelelahan, derita, tangis dan gagal. Ini namanya mendzolimi diri sendiri.
Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri. (Yunus : 44)
Tujuannya memberi motivasi dengan bahasa yang heroik, bombatis dan penuh semangat, namun justru telah berprasangka tidak baik kepada Allah. Memberi definisi atas sesuatu bermakna telah berprasangka kepada Allah, tentunya memiliki konsekuensi, berpengaruh kepada sikap dan menentukan nasib hidup bagi yang mengucapkan maupun yang menyetujui.
Lucunya, ketika manusia mengalami kegagalan dalam hidupnya, Allah yang disalahkan. Ah.. barangkali ini sudah taqdir dari sana. Dan berbagai ungkapan “alibi” bernada menyalahkan takdir.
Diantara pernyataan berikut tanpa sadar mendzolimi diri sendiri :
- Hidup itu proses perjuangan yg melelahkan ( Allah jawab sesuai persangkaannya : tiap hari hidupnya melelahkan. Bisa di ganti : hidup itu indah dan mengasyikkan)
- Hidup itu penuh derita dan tangis. Maksudnya kondisi dalam kesulitan, meskipun ada tangisan haru. Tetapi yang dimaksud dalam ungkapan ini adalah penderitaan dan kesulitan. Maka Allah kabulkan persangkaannya hidupnya penuh kesulitan dan penderitaan. Bisa di ganti ungkapan hidup itu mudah dan membahagiakan.
- Dakwah itu berat, kalau tdk berat anda salah jalan. Atau istiqamah itu berat, kalau tidak berat, istirahat saja. Ini juga umum di kalangan para da’i. Akhirnya berat melangkah ketika ada rapat-rapat organisasi, apalagi terkait dana perjuangan, kadernya berat untuk taat, berat halaqah/liqa,dll. Sikap ini tentu tidak menikmati hidup berjamaah/bersahabat. Anda bisa menggunakan istilah baru : jalan dakwah itu membanggakan, dakwah itu kemuliaan, istiqamah itu ringan bagi yang menikmati.
- Kenikmatan dunia itu sementara, akhirat selamanya. Bila Anda ingin mendapatkan kenikmatan dunia semata, siap-siap lah kecewa. Ini ungkapan alibi namanya. Bukankah Allah mengajari kita berdoa :
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (Al Baqarah : 201).
Bagi orang beriman tentu kenikmatan dunia dan akhirat berhak dimiliki keduanya. Jadi, tdk perlu dibenturkan. Membenturkan kenikmatan akhirat dengan dunia, hanya membuat dunia semakin menjauh, sementara dikejar-kejar dengan berbagai usaha. Sedangkan kenikmatan akhirat belum tentu didapat. - Kalau mau sukses harus siap gagal dulu, karena tdk ada ceritanya sukses dicapai dengan mulus dan mudah.
Ya boleh kalau persangkaannya seperti itu. Tapi boleh juga buat definisi/persangkaan kepada Allah ,”Sukses itu mudah, cepat dan menyenangkan”.
Wallahu’a’lam
More Stories
Renungkan, sebelum terlambat…”Apa yang ditakutkan orangtua”..?
Terbukti manjur, Doa Rasulullah SAW bagi yang terlilit utang
Viral, Tulisan di jaket Ojol bikin nangis penumpang..!