Assosc. Prof. Teuku Syahrul Reza
CEO Asean Lecturer Community (www.aseanlecturer.com)
Co-Founder CSBS (Centre Strategic for Bekasi Studies)
Direktur KOCIBEK-Dimas Nur Salam (dimasnursalam16@gmail.com)
Pemilu Legislatif dan Pilpres akan di gelar 2024. Pemilukada akan diselenggarakan
2025. Sebagai warga kota Bekasi tidak ada salahnya malah sebaiknya setiap Stakeholder’s
mengambil peran untuk Brainstorming dengan niat dan tujuan ikut memajukan Kota Bekasi
tercinta ini.
Penulis ingin ikut serta (sebagai stakeholder’s) berkontribusi dalam bentuk gagasan dan
analisis deskriptif berbasis observasi dan Forum Grup Discussion (FGD) meskipun dalam
lingkup terbatas. Sebagai warga Kota Bekasi selama 32 tahun hingga kini tentu sedikit banyak
memahami “denyut nadi” Kota tercinta ini.
Tulisan berseri ini murni pemikiran dan pandangan pribadi penulis yang tidak
terfasiliasi dengan partai politik atau lembaga manapun, tidak pula karena penulis ingin
menjadi kandidat Walikota sungguhan. Tapi lebih karena faktor “eye catching” di tengah
banyaknya news dan feature disekitar kita.
TIDAK JADI KELEDAI
Tekad pertama apabila saya Walikota Bekasi yang terpenting tidak masuk ke lubang
yang sama (korupsi). Hanya keledai yang bisa masuk ke lubang yang sama apalagi keledai
kedua bagian dari rombongan keledai yang pertama sebagai Walikota sebelumnya. Sebagai
warga Kota tentu kita miris, prihatin dan ikut malu melihat musibah ini.
Supaya tidak menjadi bagian dari dan bernasib sama dengan keledai berikutnya maka
langkah pertama yang akan saya lakukan mengajak Stakeholder’s Kota Bekasi untuk
memformulasi kesepakatan bersama apa sanksi/hukuman moral kepada Walikota dan anggota
DPRD serta para pejabat eselon apabila melakukan korupsi dan penyalahgunaan wewenang
lain nya sebagai tambahan hukuman formal dari pengadilan.
Langkah ini penting untuk memastikan agar Kota Bekasi terbebas dari para “pejabat
keledai” atau mengurangi potensi munculnya “keledai-keledai baru”.
TIDAK SOK JAGO
Tekad lain disamping tidak menjadi keledai dan “penyebab” munculnya keledai-keledai
baru adalah tidak merasa sok jago, merasa mampu mencapai semua hal tanpa perlu melibatkan
unsur komponen warga, kurang mau mendengarkan masyarakat hingga ketingkat akar
rumputnya.
Sikap sok jago merupakan penghalang tumbuhnya partisipasi publik sehingga potensi
masyarakat mubazir padahal mereka juga ingin ikut berkontribusi membangun Kota di
lingkungan tempat tinggal, tempat usaha dan tempat-tempat berprospek lainnya.
Semestinya sebagai Walikota mengajak semua Stakeholder’s untuk ikut serta
mengambil peran berdasarkan kompetensi masing-masing sehingga dengan demikian
pembangunan dan kemajuan Kota Bekasi tidak merupakan karya tunggal pemerintah Kota
(yang berorientasi pada proyek dan mengejar anggaran-anggaran belaka) namun yang jauh
lebih penting adalah keterlibatan warga Kota secara bahu-membahu sehingga secara bersama-sama akan menjaga dan memelihara kebersihan, keindahan Kota dikarenakan mereka
merupakan bagian dari yang ikut membangun dan memperindahnya. (bersambung ke edisi 2)
More Stories
ICMI Orda Kota Bekasi akan gelar raker di hambalang, begini respon Haryono sebagai pengurus dan Akademisi
66TH MALAYSIA INDEPENDENCE DAY TANTANGAN PERSATUAN NASIONAL RAKYAT MALAYSIA
Fenomena terkini politik Malaysia dan keresahan pengusaha