Kuala Lumpur, 29 Oktober 2025 — Dunia pendidikan kembali menyorot inovasi dari Indonesia. Dr. Sri Watini, M.Pd., Wakil Rektor Universitas Panca Sakti Bekasi sekaligus penemu Model pembelajaran “ASYIK, ATIK & SIUUL”, menjadi narasumber utama dalam kegiatan Implementasi Inovasi Model-Model Pembelajaran Aktual dan Inovatif di University College of MAIWP International (UCMI), Kuala Lumpur, Malaysia, pada 28–29 Oktober 2025.
Kegiatan akademik internasional ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen Program Studi Pendidikan Awal Kanak-kanak University College of MAIWP International (UCMI) yang berlokasi di Jalan 31/10A Taman Batu Muda, Batu Caves, 68100 Kuala Lumpur, Malaysia, serta para pendidik dan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan Malaysia.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk melaksanakan diseminasi Model Inovasi Pembelajaran hasil cipta Dr. Sri Watini, M.Pd., yang telah resmi dipatenkan, yaitu: Model ASYIK, ATIK, dan SIUUL.
Dalam paparannya, Dr. Sri Watini menjelaskan bahwa Model “ASYIK, ATIK & SIUUL” merupakan hasil riset dan pengembangan yang dilakukan selama bertahun-tahun, lahir dari keprihatinan terhadap pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan kurang memberi ruang bagi keceriaan serta kebebasan belajar peserta didik.
- Model ASYIK (Aman, Senang, Yakin dan Percaya Diri, Inovatif dan Kreatif)
Model ASYIK merupakan model pembelajaran unik dan menyenangkan, dengan karakteristik 3B — Bermain, Bernyanyi, dan Bergerak, disertai lagu serta reward ASYIK yang khas. Pendekatan ini membuat peserta didik lebih antusias, percaya diri, dan bahagia dalam proses belajar.
Model ini memiliki filosofi bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna dengan potensi beragam. Oleh karena itu, setiap individu harus mampu menghadapi tantangan dengan rasa percaya diri, semangat, dan kebahagiaan, tanpa menyerah atau berputus asa. Belajar harus menjadi pengalaman yang menggembirakan dan bermakna.
- Model ATIK (Amati, Tiru, Kerjakan)
Model ATIK dikembangkan untuk pembelajaran yang berfokus pada pengembangan motorik, kinestetik, dan kognitif.
Model ini berangkat dari filosofi bahwa manusia diciptakan untuk mengamati ciptaan Tuhan yang penuh misteri dan keajaiban, menirunya sebagai bentuk pembelajaran, dan kemudian mengerjakannya sebagai wujud penguatan pengalaman belajar.
Melalui model ini, peserta didik didorong menjadi manusia yang cerdas intelektual, berkarakter kuat, dan memiliki spiritualitas tinggi, dengan pembelajaran yang aktif dan reflektif.
- Model SIUUL (Simak, Ucap, Ulang)
Model SIUUL merupakan model pembelajaran yang difokuskan pada pengembangan kemampuan berbicara dan membaca, terutama bagi anak dengan keterlambatan bicara (speech delay).
Filosofi SIUUL berlandaskan pada nilai-nilai keislaman dan pendekatan kasih sayang dalam proses belajar. Model ini menekankan pentingnya mendengarkan (Simak), menirukan (Ucap), dan mengulang (Ulang) sebagai pola alami dalam pemerolehan bahasa.
Dr. Watini menambahkan bahwa dalam pembelajaran, hormon endorfin memiliki peran besar dalam menciptakan rasa nyaman dan bahagia. Karena itu, reward berupa pelukan menjadi bagian penting dalam Model ini, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus, yang memerlukan perhatian dan kesabaran ekstra.
Selain pemaparan konsep, kegiatan di UCMI juga meliputi workshop penerapan Model ASYIK, ATIK & SIUUL serta sesi praktik langsung, yang memperlihatkan bagaimana pendekatan ini mampu meningkatkan interaksi, kreativitas, dan hasil belajar peserta didik.
Perwakilan University College of MAIWP International (UCMI) menyampaikan apresiasi terhadap inovasi pendidikan karya Indonesia ini.
“Kami melihat Model ini sangat relevan diterapkan di berbagai konteks pembelajaran modern. Inovasi dari Indonesia ini memberi inspirasi baru bagi dunia pendidikan di kawasan Asia Tenggara,” ungkap salah satu pimpinan UCMI.
Melalui forum internasional ini, Dr. Sri Watini, M.Pd. menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi pembelajaran berkarakter karya anak bangsa.
“Model ini lahir dari semangat untuk menghadirkan pembelajaran yang humanis, kontekstual, dan membahagiakan — karena belajar harus menjadi pengalaman yang bermakna,” tuturnya dalam sesi plenary di UCMI.
Kehadiran Dr. Watini di UCMI mempertegas peran pendidik Indonesia sebagai inovator global, serta menjadi bukti nyata bahwa karya akademik Indonesia mampu memberi kontribusi positif bagi transformasi pendidikan internasional. (Linov)
