Penulis :
Assoc. Prof. Teuku Syahrul Reza CEO ASEAN Lecturer Community (www.aseanlecturer.com) Lector kepala Institut Ilmu Sosial dan Management “STIAMI” (www.stiami.co.id.)
Boleh jadi kalimat pembuka terbaik untuk penulis sampaikan di awal tulisan ini bahwa
kondisi Malaysia saat ini tidak sedang baik-baik saja. Dengan kata lain keadaan Malaysia, baik
stabilitas ekonomi apalagi politik masih belum kondusif dan tak menentu.
Banyak pengamat politik mengatakan bahwa PRN (Pilihan Raya Negeri) – Pemilu
daerah/Provinsi yang berlangsung 12 Agustus 2023 kemarin akan menggambarkan bagaimana
“pilihan rakyat” Malaysia terhadap Pemerintah yang berkuasa saat ini sekaligus gambaran yang
akan berlaku pada PRU-16 (Pilihan Raya Umum) 2027 nanti.
PERSETERUAN PH + BN DAN PN
Polarisasi Politik Malaysia mulai bergulir sejak runtuhnya kejayaan partai politik
penguasa lebih 60 tahun yang ditandai kalahnya UMNO-BN (Barisan Nasional-koalisi) dalam
PRU-15 tahun lalu.
PRU-15 Malaysia sebenernya tidak menghasilkan single majority seperti terjadi pada
gambaran di Indonesia selama 32 tahun lebih sebelum reformasi. Oleh karena itu diperlukan
adanya koalisi untuk menguasai 112 kursi plus. Maka partai koalisi Anwar Ibrahim – Pakatan
Harapan menggandeng partai UMNO (yang sudah menjadi minority) membentuk
pemerintahan.
Di sebabkan Pemerintahan di teruskan oleh gabungan koalisi yang tidak mayoritas
tunggal, maka rentan “di goyang” untuk runtuh. Goyangan paling menentukan sebenarnya
hendak dilihat dari Pilihan Raya Negeri (PRN) yang berlangsung kemarin 12 Agustus 2023.
Ternyata hasil PRN berkesudahan 3-3, artinya Pemerintahan sekarang masih dia
percaya, meskipun sejumlah kursi di tingkat Parlemen daerah banyak yang dimenangkan PN
(Perikatan Nasional), koalisi yang beroposisi.
KERESAHAN PENGUSAHA
Dinamika politik yang terus memanas apalagi menjelang PRN kemarin telah membuat
gundah sebagian pengusaha Malaysia. Mereka menginginkan stabilitas karena hanya dengan
situasi yang kondusif maka iklim bisnis dan investasi berjalan dengan baik. Disisi lain para
politikus justru lebih bertumpu perhatiannya pada pengusaan di kantong-kantong konstituen
untuk menguasai kepemimpinan di Negeri-negeri semisal Selangor, Johor, Pulau pinang dan
Negeri sembilan.
Penulis sendiri yang sudah lebih 10 tahun berinteraksi dengan banyak kalangan di
Malaysia mulai melihat pengusaha malaysia lebih memberi perhatian untuk berinvestasi di
Indonesia. Kita tau saat ini bandara Kertajati di Jawa Barat sudah dikelolah oleh pengusaha
Malaysia, juga investasi di dalam pembangunan jalan tol. Sudah ada juga rumah sakit asal
Johor-KPJ Hospital-membuka cabangnya di Indonesia. Tentu saja bagi Indonesia yang
mempunyai penduduk hampir 3 kali lipat penduduk malaysia di tanah serumpun ini merupakan
suatu opportunity.
Penulis sendiri juga bekerjasama dengan pengusaha Malaysia di sektor pendidikan,
konsultansi dan training-traingin dalam rangka memanfaatkan pengalaman empiris khususnya
dari sejumlah perguruan tinggi di Malaysia yang sudah menempati rangking tinggi di peringkat
ASEAN & World rank. (Red)
More Stories
Survei Pamungkas PolMark : Heri-Sholihin Unggul di Pilkada 2024 Kota Bekasi
1000 UMKM Kota Bekasi Deklarasikan dukungan untuk Heri-Sholihin (RISOL) dan Akhmad Syaikhu – Ilham Habibi (ASIH)
Peresmian Posko Relawan BRAFO TRI yang dipimpin Rendra Amiryn sekaligus Deklarasikan dukungan untuk Tri Adhianto