Senin (03/10) lalu kita mendapatkan satu kejutan dari Partai Nasdem yang mengumumkan Calon Presidennya lebih awal dari yang mereka publish 10 November, lebih awal 37 hari dari yang direncanakan.
Pengumuman ataupun deklarasi Calon Presiden dari Partai Nasdem ini sesungguhnya dapat dikatakan tidak terlalu mengejutkan apabila kita melihat gejala yang terjadi diseputar rivalitas calon-calon Presiden 2024.
Setidaknya ada 3 kepentingan yang dominan dipahami oleh sebagian masyarakat elit terutama.
1. Adanya hegemoni Partai politik penguasa yang ingin meneruskan otoritasnya untuk membuat hattrick atau tiga kali menjadi pemenang pemilu dan tentu saja ingin memperpanjang kekuasaan pada periode mendatang.
2. Ramai dipahami masyarakat adanya kepentingan oligarki bisnis terutama, yang ingin terus menikmati kemudahan ataupun kelonggaran atas apa yang mereka lakukan dengan “bersinergi” melalui sejumlah pimpinan lembaga negara yang semestinya mengambil tindakan-tindakan yang sesuai konstitusi dan peraturan perundangan yang ada atas sejumlah aktivitas para apa yang kita sebut sebagai oligarki community.
3. Kita melihat ada gerakan mencurigakan dari apa yang dibuat oleh KPK dengan memproses kegiatan perhelatan Formula E DKI Pemprov DKI yang sebenarnya dimaksudkan untuk membangkitkan ekonomi selepas covid.
Kita tahu soalnya yang terakhir ini sudah kontroversi sejak awal diluncurkan karena ingin menjegal sebuah misi yang besar untuk tidak menjadi sebuah Legacy bagi seorang Gubernur Anies Baswedan.
Itu fenomena yang menyertai saya kira, kenapa kemudian Partai Nasdem mengambil langkah lebih awal mendeklarasikan dan itu adalah ciri Ketua Umumnya Surya Paloh yang sangat tajam melihat situasi sebagaimana tajamnya elang MetroTv yang dia besut sebelum ini.
Siapa Anies Baswedan?
Ramai orang sudah mengenal bahwa Anies adalah cucu seorang tokoh Nasional yang ikut bersama founding fathers diawal-awal persiapan kemerdekaan, yaitu kakeknya yang juga Ketua PAN.
Di Indonesia yang sangat berjasa mengambil peran diplomasi untuk menpublish tentang Negara Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan oleh Bung Karno, jadi Anies Baswedan adalah cucu dari seorang tokoh perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Saya sendiri mengenalnya sejak beliau masih SMA, karena ayahnya Abdul Rasyid Baswedan adalah dosen kami ketika berkuliah di fakultas ekonomi di Universitas Islam Indonesia.
Persahabatan saya dengan Mas Anies berlanjut ketika beliau menjadi rektor Universitas Paramadina sebagai seorang tokoh muda alumni Gajah Mada dan Amerika yang sangat terlihat intelektualitas dan leadershipnya. Jangan lupa bahwa Mas Anies pernah terpilih jadi salah satu siswa teladan tingkat nasional yang pernah kita lihat, beliau memperoleh piagam penghargaan dari Ibu Tien Soeharto pada masa itu.
Perkenalan saya berikutnya adalah saya beberapa kali berdiskusi dengan beliau di Paramadina mengenai bagaimana membangun Indonesia dengan visi generasi mudanya diantaranya adalah memotong generasi yang terkontaminasi dengan korupsi. Oleh karena itu di Universitas Paramadina lah pertama kali diluncurkan mata kuliah anti korupsi, kita tahu kemudian Mas Anies mendapatkan kepercayaan Presiden SBY pada masa itu untuk menjadi salah seorang tokoh muda yang ikut menyelesaikan konflik KPK dengan Polri yang kita kenal dengan Kasus Cicak Buaya. Kemudian Mas Anies juga kita tahu pernah menjadi reviewers menjadi orang yang mengkritisi program-program calon Presiden ketiga debat Capres. Jadi secara intelektual, integritas dan wawasan tentu sudah tidak perlu kita ragukan lagi.
Kemudian saya mengenal beliau juga karena beberapa kali menyampaikan pemaparannya didepan civitas akademika kampus kami, Institut STIAMI Jakarta, juga di komunitas masyarakat Aceh Jabodetabek yang telah memberikan satu sebutlah gelar kehormatan bagi beliau sebagai Tengku Anies Baswedan.
Sejauh yang saya kenal, beliau ini santun, wisdom, dan nasionalisme berbasis NKRI Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasilais banget.
Pemimpin Masa Depan
Kita tahu bahwa Indonesia 23 tahun lagi akan menyongsong 100 tahun 1 abad, maka sangat diperlukan seorang pemimpin yang bisa mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang 1 abad Republik ini dengan menyiapkan sebuah pra kondisi yang sangat diperlukan kehadiran pemimpin-pemimpin muda yang kita harapkan setidaknya bebas dari kepentingan masa lalu yang bersifat habbit atau behavior dari orde-orde baru yang kita tahu sangat sentralistik, koruptif dan nepotismenya sangat dominan, setidaknya itulah yang kemudian dirumuskan oleh mahasiswa dalam 3 huruf KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).
Jadi pemimpin Indonesia kedepan haruslah terbebas dari kepentingan KKN ini yang masif masih kita rasakan meskipun kita telah memasuki reformasi lebih dari 24 tahun atau mendekati 25 tahun. Jadi tentu sangat diperlukan pemimpin yang demikian yang mempunyai kapasitas untuk itu.
More Stories
GENPRO Kota Bekasi, sowan ke Aleg DPRD, Chairunnisa, bahas kerjasama melejitkan omzet UMKM.
Pelantikan ICMI Kota Bekasi meriah diwarnai pantun oleh Dr Sri Watini, hingga didapuk sebagai “Ratu Pantun Kota Bekasi”
Anak keturunan Bani Salimun Mudik bersama pasca libur lebaran