Penulis : Assoc. Prof. Teuku Syahrul Reza
CEO ASEAN Lecturer Community (www.aseanlecturer.com)
Lector kepala Institut Ilmu Sosial dan Management “STIAMI” (www.stiami.co.id.)
faktaintegritas.id : Bangsa Indonesia baru saja merayakan HUT ke-78 tanggal 17 Agustus, beberapa hari sebelumnya rakyat Singapore telah merayakan HUT nya ke-58 pada 9 Agustus, kemudian barulah rakyat Malaysia merayakan HUT nya ke-66 di ujung Agustus, tepatnya 31 Agustus 2023.
Keadaan Malaysia terkini sangat menarik untuk kita perhatikan setelah berlakunya
“reformasi” dengan runtuhnya kekuasaan Single Majority yang memerintah Malaysia selama
lebih dari 60 tahun.
GEJOLAK POLITIK
Berbeda dengan Indonesia yang telah melakukan asimilisasi etnis (Tionghoa, India dll)
pada masa orde baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto sehingga “perbedaan” antara
kaum “pribumi” dan ”non pribumi” tidak lagi tampak nyata, setidaknya dari nama penduduk
yang semua menggunakan bahasa Indonesia, kecuali mungkin Liem Swie King – raja
bulutangkis Indonesia pada waktunya.
Di Malaysia polarisasi antar etnis agak (cukup) antar Melayu-Cina dan India,
terutamanya. Hal ini “makin nampak” oleh karena setiap etnis ada pula partai politik nya,
seperti MCA (Malaysia China Asosiation) yang sudah didirikan 1946 sebelum Malaysia
merdeka. Begitu juga dengan Malaysia India Congress (MIC) yang telah ada sejak sebelum
MCA. Oleh karena “keterbelahan” etnis nampak nyata dalam kehidupan sehari-hari rakyat
Malaysia maka isue politik yang “sentil-menyentil” seringkali memberi suasana sosial-politik kemasyarakatan di Malaysia menjadi sensitif.
Sampai hari ini sebagian (besar) kaum Bumiputra (melayu) masih belum nyaman berada dalam atau duduk bersanding dengan saudara setanah air yang berbeda latar belakang politik nya. Namun keadaan saat ini dimana kaum melayu Malaysia tidak mampu mempertahankan mayoritas tunggal karena UMNO telah tak dipercaya justru oleh moyoritas
(terutama kaum muda) melayu sendiri karena karena KKN (Korupsi-Kolusi-Nepotisme)
merajalela mirip dengan kejatuhan Golkar era reformasi 1998 di Indonesia.
PERSATUAN NASIONAL
Bagaimana pun sebagai rakyat Indonesia patut kita ingatkan kepada kawan-kawan di
negara jiran kita bahwa seberapapun perbedaan latar beakang etnis-partai maupun pilihan
dalam PRU haruslah disadari bahwa Persatuan Nasional mesti di utamakan di atas segalanya.
Agak mudah bagi Bangsa Indonesia untuk mengurai “benang kusut” perbedaan politik
dan pilihan dalam Pemilu karena jumlah penduduk Indonesia hampir sepuluh kali lipat
penduduk (272 juta) dari penduduk Malaysia (32 Juta). Ibarat sungai yang luas maka “noda”
yang ditaburkan akan cepat terurai dan tidak akan mewarnai air sungai itu, beda hal nya bila
medianya bukan sungai besar namun hanya sebatas kolam.
Berbagai slogan program pemerintah untuk menyatukan rakyat Malaysia, mulai dari
slogan 1 Malaysia, Family Malaysia dan kini Malaysia Madani nampaknya belum mampu
merajut perbedaan yang ada, memang tidak mungkin juga menghapus perbedaan karena setiap
orang mempunyai preferensi berbeda dan ekspetasi masing-masing. Namun yang perlu kita
ingat bersama Firman Allah SWT “Kuciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa untuk saling
kenal-mengenal (bersinergi) bukan untuk bermusuhan). Kita sebagai penduduk negara
serumpun tentu ingin melihat juga stabilitas dan kemajuan Malaysia di masa depan untuk
kemakmuran bersama di kawasan ASEAN. Dirgahayu hari ulang tahun (HUT) Malaysia ke-66
semoga senantiasa diRahmati Allah SWT (red)
More Stories
ICMI Orda Kota Bekasi akan gelar raker di hambalang, begini respon Haryono sebagai pengurus dan Akademisi
Majelis Ormas Islam (MOI) melakukan aksi spontan peduli Palestina, Israel semakin brutal bantai warga sipil
Enam Organisasi Wartawan di Asia Tenggara kutuk pembunuhan Jurnalist di jalur Gaza.